Saat saya telah melewati ketakutan terbesar saya, saya berjalan, beraktivitas. Berusaha tetap berjalan meskipun tanpa arah. Meskipun saya tidak tahu kemana arah tujuan saya, apakah jalan saya sudah benar. Meskipun saya tidak tahu benar-benar apa keinginan saya, apa hasrat saya. Apa mimpi saya. Yang saya tahu saya harus berjalan dan tetap bergerak. Ikuti dan nikmati prosesnya. Jadi apapun yang harus saya jalani, hadapi, ya mencoba menikmati itu. Walaupun saya tidak tahu apakah itu benar-benar yang saya butuhkan dan saya inginkan.
Tidak Mengenal Diri Sendiri Dan Cara Mengetahuinya Menanyakan Orang Lain
Bertahahun-tahun seperti itu. Meskipun dengan senyum lebar di raut wajah saya. Sehingga semua orang yang mengenal saya, akan tahu saya adalah seorang yang ekstrovert, yang periang. Dan rasanya selalu semangat. Seperti tidak pernah kehabisan energi. Dan rasanya tidak ada masalah dalam hidup saya, dan tidak ada rasa takut. Saya suka petualang. Dan itu semua adalah kesan semua orang yang saya tanyai. Dan lucu rasanya. Ternyata saya begitu. Saya pun tidak tahu saya seorang seperti itu. Karena saya tidak mengenali diri saya.
Sehingga saat saya bingung, seperti apa diri saya, saya akan bertanya kepada orang lain, apa pendapat mereka tentang diri saya. Apa kesan mereka saat melihat saya, kenal saya. Apa buruk dan baikku. Saya senang bertanya itu. Sehingga saya bisa tahu, oh itu saya. Lucu rasanya, orang lain lebih mengenal diriku. Tapi ya itulah yang terjadi. Sehingga keluarga saya, kakak-kakak saya, semua mengatakan, saya mau dilepas dimanapun. Meskipun itu tempat baru, tempat asing, percaya saja, saya pasti akan hidup. Stay alive.
Karena saya gampang beradaptasi. Saya cepat menciptakan zona nyaman saya. Saya cepat dalam membuat pertemanan. Sehingga saya memiliki banyak teman. Memiliki banyak kenalan dimana saja. Sampai mereka takut saya kenapa-napa. Takut saya salah pergaulan. Sehingga saat saya mulai nakal, orang tua saya menyalahkan lingkungan pertemanan saya. Dan rasanya itu tidak adil. Karena mereka tidak salah, saya lah yang salah, saya yang ingin dan memilih untuk mencoba. Malah saya yang harus disalahkan jika mereka jadi tidak baik karena saya.